
DESAGLOBAL.ID,
Yogyakarta – Sekretaris Jenderal, Kementerian Pertanian selaku Chair G20
Agriculture Working Group (AWG), Kasdi Subagyono pada hari pertama pertemuan
kedua Kelompok Kerja (Pokja) Pertanian tingkat Deputi/Eselon I atau Second
Agriculture Deputies Meeting (ADM) mengajak seluruh anggota untuk berkomitmen
dan berkerjasama mencari solusi yang efektif dan konkrit dalam menghadapi
tantangan pangan global.
“Saya sangat
berharap bahwa kita dapat menunjukkan pencapaian kita bersama sebagai G20 dalam
menangani masalah pangan global yang mendesak ini, “ujar Kasdi saat membuka
Second Agriculture Deputies Meeting (ADM), di Yogyakarta, Rabu (27/7/2022)
Dalam
pertemuan tersebut Kasdi mendorong untuk menyepakati draft komunike Menteri
Pertanian G20 terkait tiga isu prioritas utama bidang pertanian yang telah
disusun berdasarkan masukan dari semua pihak, yang nantinya akan disampaikan
Menteri Pertanian dalam pertemuan Tingkat Menteri Pertanian G20 pada akhir
bulan September 2022 di Bali.
“Hari ini
dan besok, kami akan fokus menyelesaikan draft komunike Menteri Pertanian
secara lebih rinci. Draft komunike tersebut akan menjadi bahan penting untuk
disampaikan Menteri Pertanian sebagai Presidensi G20, “ ujar Kasdi
Kasdi
menyebutkan pokja Pertanian G20 Indonesia tahun ini mengusung tema, “Balancing
Food Production and Trade to Fulfil Food for All”, yang bertujuan untuk
mencerminkan komitmen G20 dalam memastikan pasokan pangan yang cukup untuk
semua melalui memastikan keseimbangan antara jaminan pasokan yang bersumber
dari sistem pertanian pangan yang tangguh dan berkelanjutan, dan yang bersumber
dari perdagangan komoditas pangan dan pertanian lintas batas negara yang
lancar.
“ Dalam
pertemuan ini kita memberikan satu pandangan bahwa terkait dengan pangan tidak
boleh ada batasan antar negara dan bangsa, harus open dan transparan serta
dapat diakses oleh semua pihak terutama anggota G20, “ ungkap Kasdi
Kasdi selaku
Chair G20 AWG mengucapkan apresiasi atas kontribusi aktif negara anggota G20,
negara undangan dan organisasi regional dan internasional pada berbagai
inisiatif dan fora dalam kerangka AWG 2022 yang telah dilaksanakan sebelumnya,
diantaranya (1) pertemuan Meeting of Agricultural Chief Scientists (MACS) pada
5-7 Juli 2022 di Bali yang membahas empat isu prioritas pertanian global yang
diajukan Indonesia, yaitu kebijakan ketahanan pangan pascapandemi COVID-19,
pertanian tangguh iklim, food loss and waste, serta pertanian dan ketelusuran
digital; serta (2) webinar sharing knowledge terkait penerapan teknologi
digital di sektor pertanian dan pembiayaan di pedesaan pada 28-29 Juni 2022,
yang merupakan kerja sama antara Pokja Pertanian dan Pokja Pembangunan
(Development Working Group).
“Dalam
keadaan yang luar biasa ini, kita perlu mendorong kolaborasi dan kerjasama yang
lebih kuat, untuk memastikan tidak ada negara yang tertinggal, “ ujarnya
Sementara
itu, Menteri Pertanian (Mentan), Syahrul Yasin Limpo (SYL), secara virtual menyampaikan
penghargaan yang tulus kepada semua deputi pertanian G20 serta negara-negara
undangan dan organisasi regional dan internasional atas pasrtisipasinya pada
pertemuan ADM ke-2 serta dukungannya terhadap keketuaan G20 Indonesia.
“Kita harus
dapat menjaga kebersamaan, persatuan dan kesatuan dalam unity G20 sebagai forum
kerja sama ekonomi dan pembangunan terbesar yang diperhitungkan di kancah
global, “ ujar Mentan SYL
Melalui
forum G20, Mentan SYL mengajak solidaritas seluruh anggota untuk pulih dan
menjadi lebih kuat bersama dari dampak pandemi dan krisis multidimensi yang
saat ini berlangsung sesuai dengan tema keketuaan G20 Indonesia 2022. “Recover
Together, Recover Stronger”
“Saya
mengharapkan pada pertemuan tingkat deputi kedua ini, para delegasi dapat
mendiskusikan dan menyepakati komitmen G20 untuk mendukung ketahanan pangan
global dan pencapaian Sustainable Development Goals (SDGs) yang terefleksikan
dalam Komunike Menteri Pertanian G20,” papar Mentan dalam sambutannya
Mentan juga berharap anggota delegasi dapat mendiskusikan aksi konkrit deliverables dari kelompok kerja pertanian untuk membantu negara terbelakang dan negara berkembang dalam menghadapi situasi ketahanan pangan global saat ini.
Sebagai
informasi pertemuan ini dihadiri oleh sekitar 100 delegasi asing dari 20 negara
anggota ( 17 negara hadir secara fisik dan 3 negara hadir secara virtual), 7
negara undangan, dan 13 organisasi internasional, baik secara fisik dan
virtual.* (na-sumber: Kementan)