DESAGLOBAL.ID - Penyebaran pandemi COVID-19 telah memaksa pemerintah di negara-negara kawasan Asia dan Pasifik untuk melakukan kebijakan penguncian wilayah dan sosial secara besar-besaran, termasuk negara kesatuan republik Indonesia. Sebagai konsekuensinya, kebijakan tersebut menyebabkan aktivitas ekonomi dan sosial menjadi terganggu yang akhirnya berdampak pada gangguan perekonomian secara keseluruhan termasuk gangguan di pasar tenaga kerja dan penurunan tingkat pendapatan pekerja di seluruh wilayah.

Jauh sebelum datangnya pandemi seorang pemuda asal kampung Cigarung desa Kebonpedes kabupaten Sukabumi, Taufik Hidayat tidak begitu tertarik untuk bekerja di perusahaan swasta seperti kebanyakan pemuda lainnya. Opik (panggilan akrabnya) justru berinsiatif untuk menciptakan lapangan kerja dengan membangun usaha kerajinan berbahan dasar bambu. Pria kelahiran Sukabumi, Agustus 1983 itu yakin bahwa dengan berwirausaha bisa mencukupi kebutuhan hidup sehari-hari bahkan bisa sukses seperti pengusaha lainnya.

Seperti tujuan awal bahwa Opik bercita-cita membuka lapangan kerja di sekitar lingkungan tempat tinggal maka dia membuka diri bagi orang lain untuk ikut bergabung dalam usaha kerajinan yang ia geluti sejak 7 tahun silam. Walhasil terbentuklah komunitas kerajinan bambu yang dinamakan "bamboocigarung" yang anggotanya adalah pemuda sekitar yang juga aktif di karang taruna. Beberapa jenis produk dari kerajinan diantara kaligrafi, cangkir, teko, dan juga ukiran photo orang sesuai permintaan.

Ada cerita menarik dari tentang nama komunitas itu sendiri "bamboocigarung", dimana nama tersebut diambil dari penggalan nama kampung lokasi komunitas ini berada yakni kampung Cigarung yang mana pada tahun 2000an kampung ini terkenal sebagai "sarang teroris". "ya,makanya nama kampung menjadi bagian dari nama perusahaan, agar image nama kampung berubah, dari kampung teroris menjadi kampung kerajinan bambu, atau bamboocigarung, dan alhamdulillah, bagi sebagian kalangan di Sukabumi sekarang lebih di kenal dgn bamboocigarung". Bahkan sekarang sudah jadi ikon desa Kebonpedes, secara nama Kebonpedes tidak terlepas dari Cigarung dan teroris" jelas Opik. "Salah satu contoh kemarin kita terpilih sebagai UMKM binaan bank BRI, dari 500 UMKM seluruh Indonesia yang terpilih salah satu nya UMKM "bamboocigarung", tapi sayang karena situasi pandemi maka acara digelar secara virtual" ungkap Opik.

Saat ini produk bamboocigarung tidak hanya merambah pasar lokal tapi sudah sampai ke beberapa daerah di seluruh penjuru tanah air, bahkan ada pula pemesan yang berasal dari negara luar seperti Prancis, Rusia dan Taiwan. Kendala yang dihadapi oleh UMKM bamboocigarung saat ini adalah kurangnya sumberdaya manusia yang andal dibidang IT yang bisa menjalankan pemasaran melalui marketplace, "Kami juga berkeinginan membangun pasar online melalui beberapa marketplace seperti Shopee namun terkendala dengan sumberdaya manusia yang bisa fokus mengikuti perkembangan dan layanan terhadap konsumen" pungkas Opik. (as-dn)