DESAGLOBAL.ID- Webinar inspirasi bisnis intani ke-51 menghadirkan narasumber yang luar biasa dan menginspirasi para peserta webinar yang hadir dari berbagai wilayah di Indonesia, dari Aceh sampai Papua. Ada petani, ada juga dari pemerintahan dan swasta. Sosok narasumber inspiratif itu adalah Asri Saraswati lulusan teknik salah satu universitas di Malaysia. Bersama suaminya, Andika Mahardika yang juga lulusan teknik mesin Universitas Diponegoro ini memutuskan tinggal di Desa Sendangrejo, Kecamatan Minggir, Sleman sejak tahun 2014.

Bersama Andika, wanita kelahiran 19 Maret 1988 ini, juga mendirikan sebuah usaha berbasis komunitas di bidang pertanian yang bernama Agradaya.
Dari awal hingga saat ini yang menjadi fokus Agradaya adalah produk rempah. Asri juga memberdayakan perempuan-perempuan desa di daerah Sendangrejo serta terlibat diskusi aktif dengan kelompok petani skala kecil untuk mencari jalan tengah menerapkan harga yang adil atau fair, dan kualitas rempah yang baik untuk petani maupun konsumen.

Seperti biasanya Webinar inspirasi bisnis intani dibuka oleh ketua umum INTANI yang saat ini juga menjabat sebagai asisten staf khusus wakil presiden Republik Indonesia, Guntur Subagja Mahardika. Pada sambutannya beliau memberikan apresiasi setinggi-tingginya bagi Asri Saraswati yang telah bersedia untuk menjadi narasumber pada acara webinar meskipun diketahui bahwa isteri dari Andika Mahardika ini baru beberapa hari yang lalu melahirkan anak kedua mereka. Apresiasi juga diberikan kepada Asri karena sudah menjadi bagian dari keberhasilan petani di daerah Sendangrejo dalam mengelola produk pertanian yang berkualitas hingga bisa diterima oleh pasar domestik dan dan mancanegara.

Berikut ini adalah pemaparan Asri Saraswati yang kami kutip dari kanal YouTube Indonesia Review dan TANI.TV, mulai dari latar belakang mendirikan Agradaya dan memutuskan pindah ke Yogyakarta bersama keluarganya hingga harapan Agradaya kedepannya.
"Sebenarnya awalnya itu nggak kepikiran, habis kuliah aku merasa waktu itu banyak yang bisa di explore dari background keilmuanku, dan waktu itu kebetulan aku ikut Indonesia Mengajar dan di situ memang terpapar banyak kesempatan dan resource-resource gitu, apa sih yang ada di bumi Indonesia terutama di pedesaan" ungkap Asri.

"Kemudian seiring berjalannya waktu, aku semakin menyadari apa sih potensi kita, dan setelah merenungkannya, buat apa kembali ke kota lagi kalau harus bekerja untuk sesuatu yang mungkin aku merasa tidak berminat di sana, begitu juga dengan suamiku.

"Setelah itu kami sempat melakukan pencarian sebelum kami memutuskan berakhir sebagai Agradaya, kurang lebih proses pencariannya dua tahun, apa sih yang ingin kami lakukan, potensinya apa, dan secara validasi market serta bisnisnya yang bagus itu di mana" cerita Asri kepada peserta webinar yang dipandu oleh host webinar bisnis inspirasi, Ila Failani dari Intani.

Asri melanjutkan pemaparannya,
"Aku merasa untuk apa rempah-rempah diekstrak jika hanya untuk pemenuhan industri, yang sehat orang lain, tetapi para petani sendiri tidak mengonsumsi,
nah akhirnya keputusan yang paling dekat manfaatnya yaitu dengan pengeringan, kami semua bisa minum, bisa diolah menjadi makanan, konsumen dan petani sama-sama bisa sehat".

Cara Asri menerapkan supaya petani bisa sama-sama untung atau fair yakni melalui diskusi dan komunikasi dengan petani. "Kita selalu mengutamakan untuk berdialog bersama ibu-ibu petani, misalnya sebelum menentukan harga. Misalnya sekarang jahe harganya Rp 30.000 per kilogram, dipetani jahe merah dibeli Rp 32.000 per kilogram, itu mereka sudah cukup senang. Kalau kunyit? Sepertinya waktu itu sekitar seribuan per kilogram gitu kan ke tengkulak dalam bentuk basah. Nah ketika kami membeli dari petani, kami mengambil dalam bentuk simplisia kering".

"Tujuan besar Agradaya itu sendiri agar masyarakat luas khususnya anak muda mau belajar pengolahan rempah yang tidak hanya menarik dari sisi ekonomi namun juga sangat bermanfaat pada aspek kesehatan", ujar Asri menutup penjelasannya di Webinar.
(as-dn)