
DESAGLOBAL.ID - Sektor pariwisata dapat mempercepat pemulihan ekonomi nasional pasca pandemi
covid-19 dan menjadi pintu gerbang kebangkitan UMKM nasional.
Namun pariwisata yang dikembangkan harus memberikan manfaat sebesarnya buat masyarakat setempat dan memperhatikan kearifan lokal. "Pariwisata jangan mencabut akar budaya masyarakat,"ungkap Asisten Staf Khusus Wakil Presiden RI, Guntur Subagja Mahardika, dalam webinar "Gen's Z Responsibility to Encourage Local Culture for Benefit of Tourism in the Future" yang diselenggarakan Kelompok Studi Bahasa Asing (KSBA) Fakultas Hukum Universitas Diponegoro, Sabtu, 22 Oktober 2022.
Sebaliknya,
Guntur menekankan pariwisata harus menjadikan budaya dan kearifan lokal menjadi
nilai tambah dan industri pariwisata. Budaya masyarakat ini akan menjadi
keunggulan kompetitif pariwisata nasional.
Guntur
mendorong industri pariwisata berkelanjutan (sustainable tourism). Yaitu
industri pariwisata yang respek terhadap masyarakat setempat, melindungi
warisan budaya, melestarikan lingkungan, serta memberikan manfaat sosial dan
ekonomi bagi masyarakat.
Guntur
mengungkapkan kultur budaya masyarakat Indonesia yang mayoritas berpenduduk muslim juga memberikan pasar
besar bagi pariwisata halal (halal tourism). Pasar pariwisata halal dunia
sangat besar mencapai USD 189 miliar. "Indonesia punya market share 12 persen penduduk muslim dunia.
Ini menjadi pasar besar untuk menyediakan pariwisata ramah muslim," jelasnya.
Ia
menegaskan, pariwisata halal bukan mensyariahkan destinasi. "Pariwisata
halal adalah pariwisata ramah muslim (muslim friendly) dengan pelayanan prima
(service of exellence), dan mengusung nilai-nilai etika (ethical values),"
jelas Guntur.
Pariwisata
akan menjadi pintu gerbang UMKM dan ekonomi kreatif lainnya. Diharapkan dapat
melibatkan partisipasi generasi muda dan melahirkan lapangan kerja.
Generasi Z
yang lahir di era digital dan terkoneksi dengan banyak budaya luar harus
memahami dan mendalami budaya lokal dan budaya Nusantara yang beragam, yang bila dikemas menjadi produk ekonomi
kreatif yang menjadi sumber pertumbuhan ekonomi nasional. "Kita harus
belajar pada Korea Selatan bagaimana mereka mampu mengekspor ekonomi kreatif
berbasis budaya lokal mendunia yang
ditampilkan dalam lagu, film, kuliner, dan lainnya,"papar Guntur
yang juga Pembina Insan Pariwisata Indonesia (IPI).
Indonesia
mendapatkan bonus demografi yang didominasi generasi muda. Ini merupakan
keunggulan Indonesia dibandingkan negara-negara maju yang didominasi penduduk
tua. Tapi di sisi lain bila tidak dikelola dengan baik, kondisi ini akan
menjadi beban.
Mengutip
data Biro Pusat Statistik (BPS) penduduk Generasi Milenial dan Generasi Alpha
mencapai 64,69% dari total penduduk 270,2 juta jiwa. Sementara penduduk berusia
produktif mencapai 85,57%.
"Usia
produktif yang mendominasi berbanding lurus dengan penyediaan lapangan kerja.
Apabila lapangan kerja yang tersedia tidak seimbang, pengangguran meningkat
tinggi,"jelas Guntur yang saat ini juga menjabat Ketua Center for
Strategic Policy Studies (CSPS) Sekolah
Kajian Stratejik dan Global (SKSG) Universitas Indonesia.
Guntur yang juga Ketua Insan Tani dan Nelayan Indonesia (Intani) mengajak generasi Z untuk mengembangkan sektor pertanian, peternakan, perikanan. Sektor ini melibatkan banyak orang dan mampu mempercepat pengentasan kemiskinan. Untuk itu pembangunan ekonomi dilakukan di desa dengan mengoptimalkan potensi desa. "Dengan membangun desa akan terdistribusi ekonomi, sehingga kesenjangan berkurang, kemiskinan berkurang,"papar Guntur.
Ekonomi
kreatif yang antara lain dimotori subsektor kuliner, fesyen dan kriya mampu
menyerap 18 juta tenaga kerja. Sementara
UMKM berskala mikro menyerap 107 juta tenaga kerja.
Di tangan
Generasi Z, ekonomi kreatif dapat dikembangkan dengan mengoptimalkan teknologi
digital dan sosial media. "Banyak platform yang dapat digunakan untuk
mengembangkan ekonomi kreatif," urainya.
Indonesia akan menjadi pemimpin pasar ekonomi digital di Asia Tenggara. Pada tahun 2025 diproyeksikan kapitalisasi pasar ekonomi digital Indonesia mencapai USD 133 miliar dolar atau sekitar Rp. 1.826 triliun.
Guntur
mengajak generasi muda, generasi milenial dan generasi alpha untuk kreatif dan
inovatif dalam pengembangan pariwisata, ekonomi kreatif, dan pengentasan
kemiskinan.*