DESAGLOBAL.ID – Selama pandemi Covid-19, produk-produk pertanian organik semakin meningkat permintaannya. Ketua Umum Intani Guntur Subagja menyampaikan saat ini menjadi momen yang tepat untuk memasifkan kembali pertanian organik sesuai mandat Presiden beberapa waktu yang lalu.

“Presiden juga sudah memerintahkan Kementan untuk memprioritaskan pengembangan pertanian organik dan produksi pupuk organik, artinya semakin besar peluang terbuka untuk terjun ke sektor ini,” papar Guntur dalam pengantarnya pada webinar inspirasi bisnis Intani seri ke 117 yang ditayangkan streaming di TANITV.

Lebih lanjut ia mengatakan terjun ke pertanian organik banyak supply chain yang bisa digeluti tidak hanya budidaya tetapi juga pengembangan teknologi, pengolahan produk hingga pemasaran.

AA Gede Agung Wedhatama, narasumber inspiratif petani milenial owner Bali Organik Subak (BOS) dan founder Petani Muda Keren mengamini bahwa banyak sektor yang bisa digeluti di pertanian organik.

“Selain potensi ekonominya yang besar, pertanian organik juga ramah lingkungan dan menjadikan hidup lebih sehat,” terang Agung.

BOS mengadopsi model bisnis yang sangat terintegrasi mulai dari hulu hingga hilir.


“Di hulu kami mulai dari pembuatan pupuk organik, penyemaian dan budidaya yang sudah menggunakan smart farming,” ujarnya.

Semua anggota kelompok tani mendapatkan pelatihan dan arahan serta bertani sesuai SOP dari BOS.

“Jumlah anggota kami semakin meningkat, terutama selama pandemi. Semua sektor bisnis di Bali saat itu mati hanya pertanian yang bertahan bahkan semakin berkembang,” ujarnya.

Lalu untuk pasca panen di kelola oleh Koperasi Petani Muda Keren, meliputi manajemen stok, quality control, dan Bumdes. Petani Muda Keren setidaknya sudah memiliki kurang lebih 2000 member yang tersebar di seluruh Bali.

“Koperasi juga memberikan pendanaan kepada para petani, jadi dari petani oleh petani dan untuk petani. Semua kami bangun untuk kesejahteraan bersama,” terangnya.

Untuk pemasaran, Agung mengatakan mulai dari bazar pertanian, retail, B2B, ekspor dan melalui aplikasi BOS.

“Ekspor kami sudah ke Eropa, Timur Tengah, Singapura, Vietnam, Kamboja dan paling besar besar ke Cina. Banyak buah-buah lokal kita yang sampai kapan pun tidak akan tumbuh di negara lain dan ini merupakan potensi bisnis yang akan terus hidup,” jelasnya.

Buah-buahan menjadi komoditi utama yang dihasilkan, seperti manggis, alpukat, sawo, buah naga, mangga, salak dan lainnya. Sebelum pandemi bisa 5-10 ton buah segar dengan nominal hampir 100 miliar.

Tidak hanya membuat aplikasi BOS untuk pemasaran, tetapi juga mengembangkan Mikiko Smart Farming yang bisa digunakan kelompok tani di berbagai daerah. 

“Smart farming ini meliputi IoT dan digitalisasi, jadi sangat membantu sekali para petani dalam mengembangkan pertaniannya,” jelasnya.

Agung juga berpesan untuk dalam memberdayakan petani dibutuhkan komitmen, komutitas yang baik, kolaborasi seluas mungkin, kontribusi yang maksimal dan menjadi petani yang keren dengan terbuka untuk mengaplikasikan teknologi.

Saksikan kembali webinar inspirasi bisnis Intani series yang dipandu Ila Failani hanya di TANITV.*